Thursday, April 23, 2015

#filosofikopi, Do It with Passion or NOT at All


































Senang sekali rasanya karena Hari Minggu lalu tiba-tiba mendapat undangan dari Yoris untuk nobar film kece berjudul #filosofikopi ini. Selain senang atas undangannya, juga senang karena ternyata filmnya bagus banget!!!!! (wajib nonton!!!!). Sebenarnya saya sudah sering melihat #filosofikopi pada akun instagram @doartprojects milik praktisi + tokoh dunia periklanan Bapak Handoko tapi entah kenapa memang belum terpikir/penasaran untuk nonton filmnya. Hehehe….. dan beruntunglah saya karena diundang dalam #nobar ini, karena pasca menonton film ini, saya mendapatkan banyak pelajaran positif dan juga ide-ide.


Saya tidak akan membahas tentang cerita dari #filosofikopi ini, *silakan baca sendiri sinopsisnya, atau langsung tonton saja ya… Namun pada tulisan saya kali ini saya ingin berbagi pelajaran yang bisa saya ambil di sini. Saya, kamu, kita para anak muda adalah generasi yang penuh semangat, berani, dan percaya diri. Seringkali kita berapi-api dalam menjalankan sesuatu apalagi kalau yang kita jalani ini kebetulan adalah PASSION kita. Kita generasi muda juga pasti percaya bahwa segala sesuatu yang diolah dengan baik dan jenius akan menghasilkan sesuatu yang baik dan optimal. Tapi terkadang, saking terlalu bersemangat dan percaya diri, kita para generasi muda melupakan hal kecil dan sepele.

Generasi muda seringkali terlalu mendewakan teknologi canggih masa kini, bahan bahan berkualitas terbaik, dipadu dengan sejumlah teori dari buku terbaik. Kita generasi muda percaya dengan menggunakan elemen-elemen tadi, maka karya/produk yang kita hasilkan sudah pasti sangatlah “perfect”. Kita tidak sadar bahwa membuat sebuah karya tidaklah cukup hanya dengan kepala saja, tetapi juga memerlukan “hati”. Kopi buatan Ben dalam #filosofikopi sudah diramu dengan alat-alat canggih, bahan terbaik, dan prosedur sempurna sesuai dengan teori yang ia baca dari buku terbaik, namun nyatanya kopi milik pak Seno yang diolah dengan proses yang sederhana justru menghasilkan rasa yang jauh lebih baik dari yang Ben punya.

Kenapa? Karena Pak Seno membuat kopi dengan hati, cinta, bukan dengan obsesi seperti yang Ben lakukan, walaupun keduanya memiliki kesukaan yang sama terhadap kopi. Darisini saya belajar bahwa sesuatu jika dilakukan dengan hati maka hasilnya akan jauh lebih baik dengan yang hanya karena obsesi semata.

Dalam hidup kita sehari-hari, kita juga sering mengalami hal ini. Merasa sudah berusaha yang terbaik, dengan cara terbaik, teknologi canggih, dll namun hasilnya tetap kurang maksimal. Dari sini mungkin kita bisa mencoba intropeksi diri kita, apakah kita melakukannya atas dasar "cinta" atau “obsesi” semata. Nyatanya sesuatu yang dilakukan dengan sepenuh hati akan menghasilkan hal yang lebih baik daripada yang hanya berisi “obsesi”. Coba perhatikan sejarah brand-brand besar yang sukses, pasti di dalamnya terdapat cerita tentang betapa sang founder/owner itu sangat mencintai brand ciptaannya itu. Lihat saja Starbucks, Apple, dan sejumlah brand sukses lainnya, semua dibangun atas dasar kecintaan sang founder/owner terhadap their baby, tentu saja ditambah dengan usaha, kerja keras, dan strategi yang tepat.

Semoga kita bisa menemukan hal positif menarik yang kita sukai sehingga bisa menghasilkan karya yang luar biasa seperti Ben!

Cheers!


Tokoh favorit dalam film ini huhuiiii :D
Thanks Mas Yor undangannya :D